Senin, 11 Februari 2013


LAPORAN HASIL OBSERVASI
PROFESI KEPENDIDIKAN




Disusun Oleh:

Khoirotun Nafsi           (4915110317)
Ade Nuraini                  (4915110594)
        
  
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2012


PENGANTAR

SMP Negeri 32 jakarta sebuah sekolah yang terletak di jalan Pejagalan raya no. 51 Pekojan-Tambora Jakarta Barat 11240. Lebih dari 50 guru mengajar di SMP negeri 32 jakarta. Selain itu, letak gedungnya pun cukup strategis. Letaknya berdekatan dengan stasiun kota dan di dekat museum bank mandiri. Gedung ini di bangun pada tahun 1905 masa penjajahan belanda. dan di bangun oleh keturunan Tionghoa. Dan diresmikan oleh pemerintah DKI Jakarta sebagai sebuah sekolah negeri.
Di sekolah itulah kami berdua (Khoirotun Nafsi dan Ade Nuraini) mendapatkan tugas untuk mengobservasi sekolah tersebut dalam rangka menyelesaikan Ujian Akhir Semester untuk mata kuliah Profesi Kependidikan. Kami melakukan pengamatan langsung dengan masuk ke dalam kelas dan setelah itu melakukan wawancara kepada guru tersebut. Kami mewawancarai Bapak Nana Sutiatna (biodata terlampir) selaku guru bahasa inggris. Kami ditugaskan untuk mengetahui apakah seorang guru dapat menjadi motivator, edukator, administrator dan katalisator bagi murid-muridnya.
Guru ketika berada di dalam kelas diibaratkan sebagai seorang pedagang yang sedang menjual barang dagangannya. Calon pembelinya adalah siswa-siswinya. Barang dagangannya adalah ilmu pengetahuan yang dimilikinya. Layaknya seorang pedagang yang akan melakukan promosi apa saja untuk membuat dagangannya laku terjual, gurupun juga demikian. Guru akan melakukan apa saja untuk membuat para siswa-siswinya tertarik pada materi yang diajarkan. Seorang guru tidaklah harus seseorang yang cerdas, brillian, dan mampu menguasai seluk beluk keilmuannya sampai detail.  Ia harus memiliki kompetensi yang cukup yang berhubungan dengan keilmuannya dan yang berhubungan dengan dunia pendidikan. Andai kata seseorang telah paham inti dari keilmuannya dan mampu menerapkan inti keilmuan tersebut untuk memecahkan banyak sekali soal yang berhubungan denga keilmuannya, maka inipun sudah cukup. Apalagi juga orang tersebut juga paham dasar-dasar pendidikan, yaitu tentang perangkat pengajaran seperti kurikulum, silabus dan rencana pengajaran, ataupun tentang metode pembelajaran.

LAPORAN HASIL OBSERVASI
Setelah kami mengadakan observasi dengan cara mengamati langsung dan melakukan wawancara, kami mendapat berbagai macam ilmu baru yang diajarkan oleh Bapak Nana Sutiatna, dan kami dapat mengambil kesimpulan bahwa Bapak Nana Sutiatna merupakan guru yang bisa dikatakan baik walaupun masih banyak yang harus diperbaiki lagi dalam proses pembelajarannya. Indikator-indikator yang kami nilai adalah sebagai berikut :
A.    Guru Sebagai Motivator
Guru sebagai motivator artinya guru sebagai pendorong siswa dalam rangka meningkatkan kegairahan dan pengembangan kegiatan belajar siswa. Sering terjadi siswa yang kurang berprestasi, hal ini bukan disebabkan karena memiliki kemampuan yang rendah, akan tetapi disebabkan tidak adanya motivasi belajar dari siswa sehingga ia tidak berusaha untuk mengerahkan segala kemampuannya. Dalam hal seperti di atas guru sebagai motivator harus mengetahui motif-motif yang menyebabkan daya belajar siswa yang rendah yang menyebabkan menurunnya prestasi belajarnya. Guru harus merangsang dan memberikan dorongan serta reinforcement untuk membangkitkan kembali gairah dan semangat belajar siswa. Proses pembelajaran akan lebih berhasil jika siswa memiliki motivasi dalam belajar, maka guru dituntut kreatif membangkitkan motivasi belajar siswa. Beberapa cara yang dapat dilakukan minat belajar siswa diantaranya:
1.      Hubungkan bahan pelajaran yang akan diajarkan dengan kebutuhan siswa.
2.      Sesuaikan materi pelajaran dengan tingkat pengalaman dan kemampuan siswa.
3.      Gunakan berbagai model dan strategi pembelajaran secara bervariasi.
4.      Ciptakan suasana yang menyenangkan dalam belajar.
5.      Berilah pujian yang wajar terhadap setiap keberhasilan siswa.
Di samping beberapa petunjuk cara membangkitkan motivasi belajar siswa di atas, adakalanya motivasi itu juga dapat dibangkitkan dengan cara-cara lain yang sifatnya negatif seperti memberikan hukuman, teguran, dan kecaman, memberikan tugas yang sedikit berat (menantang). Namun, teknik-teknik semacam itu hanya bisa digunakan dalam kasus-kasus tertentu. Beberapa ahli mengatakan dengan membangkitkan motivasi dengan cara-cara semacam itu lebih banyak merugikan siswa. Untuk itulah seandainya masih bisa dengan cara-cara yang positif, sebaiknya membangkitkan motivasi dengan cara negatif dihindari.
Dalam hal ini, menurut kami Bapak Nana sudah menjadi motivator di kelas yang ia ajar. Ia sudah menjadi seorang guru tidak hanya mampu mentransferkan ilmu mata pelajarannya kepada siswa. Namun, juga mampu membuat siswa memiliki orientasi dalam belajar. Jika di kelas, siswa belajar tidak hanya dengan mencatat apa yang ia sampaikan. Tapi juga mampu memahami dan menjawab untuk apa semua materi yang telah di ajarkan oleh Pa Nana. Seperti contoh mengabsen murid untuk maju kedepan membacakan hasil belajar mereka. Hal ini di lakukan Pa Nana untuk memotivasi murid-muridnya untuk berani mengeluarkan pendapat di depan umum.
B.     Guru Sebagai Edukator
Tugas pertama guru adalah mendidik anak didik sesuai dengan materi pelajaran yang diberikan kepadanya. Sebagai educator, ilmu adalah sangat utama. Membaca, menulis, berdiskusi, mengikuti inormasi dan responsive terhadap masalah kekinian sangat menunjang peningkatan kualitas ilmu guru. Tugas-tugas ini berkaitan dengan meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak untuk memperoleh pengalaman-pengalaman lebih lanjut seperti penggunaan kesehatan jasmani, bebas dari orang tua, dan orang dewasa yang lain, moralitas tanggungjawab kemasyarakatan, pengetahuan dan keterampilan dasar.  Oleh karena itu tugas guru dapat disebut pendidik dan pemeliharaan anak. Guru sebagai penanggung jawab pendisiplinan anak harus mengontrol setiap aktivitas anak-anak agar tingkat laku anak tidak menyimpang dengan norma-norma yang ada.
Mengajar adalah menyampaikan/memberikan/mentransfer ilmu pengetahuan kepada siswa/murid. Pengajaran hanya menekankan pada aspek pengetahuan, sehingga ketika siswa telah mengerti dan memahami materi pelajaran yang diajarkan maka pengajaran bisa dikatakan berhasil. Sehingga bagi seorang pengajar tidak begitu risau dengan sikap dan perilaku siswa-siswanya, karena hal tersebut bukanlah merupakan tanggung jawabnya. Apakah para siswanya berperilaku baik atau buruk adalah hal yang tidak penting bagi mereka. Oleh sebab itu ada istilah ‘mengajar membaca’, ‘mengajar menulis’, ‘mengajar bahasa Inggris’, ‘mengajar berhitung’ dan lain sebagainya. Tanggung jawab pengajar hanya membuat mereka bisa menulis, membaca, berbahasa Inggris dan berhitung. Persoalan apakah para siswa menggunakan kemampuan membaca, menulis, berbahasa Inggris dan berhitung dalam kehidupan mereka sehari-hari untuk memecahkan permasalahan mereka tidaklah diperhatikan bagi seorang pengajar, yang penting para siswa telah menguasai kemampuan yang diajarkan.
Aktifitas mendidik adalah melakukan pembinaan sikap dan tingkah laku para siswa agar mereka menjadi manusia yang baik dan berguna bagi orang tua, masyarakat, nusa, bangsa dan agama. Hal ini lebih cenderung pada aspek emosional, mental-spritual dan tingkah laku. Tugas ini pada dasarnya yang harus dilakukan oleh orang tua dalam sebuah keluarga yang merupakan lingkungan pertama bagi anak. Orang tualah yang paling bertanggung jawab terhadap sikap-mental dan spiritual anak. Apakah anak tersebut menjadi anak yang baik atau buruk sangat bergantung pada pilihan-pilihan yang diberikan orang tuanya. Sedangkan guru merupakan penerus untuk melakukan pembinaan dan bimbingan kepada anak tersebut. Ketika anak telah dibina dan dibimbing dengan benar dalam keluarga mereka, sehingga mereka menjadi anak yang baik, maka sebagai hasilnya anak tersebut akan mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolah sebagai lingkungan kedua mereka. Namun sebaliknya jika anak tidak dididik dengan benar dalam keluarga maka mereka akan mengalami kesulitan dalam memasuki lingkungan sekolah, yang pada muaranya kesulitan tersebut bukan hanya bagi mereka sendiri, tetapi juga gangguan bagi teman-teman dan lingkungan sekitar mereka.
Dalam hal ini, menurut kami Bapak Nana sudah dapat mengembangkan teknik penyampaian materi dengan tepat contohnya beliau mengartikan kaliamat bahasa inggris ke bahasa Indonesia, agar murid mengerti maksud yang dibicarakan. Selain tiu penjelasan meterinya menggunakan contoh dari kehidupan sehari-hari agar mudah di pahami oleh murid. Akan tetapi ada kekurangan dari beliau saat mengggunakan teknik mengajar, beliau masih menggunakan tekik menghafal dan ceramah. Teknik ini memperlambat murid menguasai materi.

C.     Guru Sebagai Administator
Seorang guru tidak hanya sebagai pendidik dan pengajar, tetapi juga sebagai administrator pada bidang pendidikan dan pengajaran. Segala pelaksanaan dalam kaitannya proses belajar mengajar perlu diadministrasikan secara baik. Sebab administrasi yang dikerjakan seperti membuat rencana mengajar, mencatat hasil belajar dan sebagainya merupakan dokumen yang berharga bahwa ia telah melaksanakan tugasnya dengan baik.
Guru bertugas pula sebagai tenaga administrasi, artinya sebagai pengelola kelas atau pengelola interaksi belajar mengajar. Adapun yang menjadi konsekuensi dari pengelolaan adalah meningkatnya prestasi, guru dan efektifitas dari situasi belajar mengajar. Jika segi instruksional dan kurikuler telah berjalan lancar, masalah pengelolaan amat dipengaruhi oleh hal-hal yang timbul pada kenyataan sehari-hari, sedangkan masalah kurikulum dan proses belajar mengajar dapatdirencanakan untuk jangka panjang maupun jangka pendek. Terdapat dua aspek dari masalah pengelolaan yang perlu mendapat perhatian yaitu:
a)      Membantu perkembangan murid sebagai individu dan kelompok
b)      Memelihara kondisi kerja dan kondisi belajar yang sebaik-baiknya di dalam maupun di luar kelas.
Dari apa yang sudah dipapar kan di atas tentang guru sebagai administator. Kami menyimpulkan bahwa Pa Nana sudah memenuhi tanggungjawabnya sebagai guru yang dapat memenegemenkan suasana kelas untuk kenyamanan bersama. Sebagai contoh, saat si kelas yang kami amati, Pa Nana tidak sepenuhnya serius memberikan materi, ia meluangkan sedikit waktu untuk memberikan games ke pada murid-muridnya. Akan tetapi games tersebut tidak keluar dari materi yang disampaikan. Fungsi ia memberikan games tersebut, agar murid-murid tidak merasa tegang saat belajar, dan mudah meminggat materi yang disampaikan. Selain itu di terakhir jam pelajaran beliau memaparkan beberapa tujuan materi pembelajaran yang telah disampaikan. Di dalam kelas atau di luar kelas Pa Nana tetap menjadi seorang guru yang Administator karen dalam hubungannya dengan kegiatan pengadministrasian, Pa Nana sudah berusaha untuk  berperan sebagai berikut:[1]
a)      Mengambil inisiatif, mengarahkan, dan menilai kegiatan-kegiatan pendidikan. Hal ini berarti ia dituntut serta memikirkan kegiatan-kegiatan pendidikan yang direncanakan serta nilainya.
b)      Mencerminkan suasana dan kemauan masyarakat dalam arti yang baik
c)      Orang yang ahli dalam bidang pengembangan. Bertanggungjawab untuk mewariskan kebudayaan kepada generasi muda yang berupa pengetahuan.
d)     Menegakkan disiplin.
e)      Pelaksanaan administrasi pendidikan, berarti ia bertanggungjawab akan kelancaran jalannya pendidikan dan ia harus mampu melaksanakan kegiatan-kegiatan administrasi.
f)       Pemimpin generasi muda, masa depan generasi muda terletak di tangan guru. Ia berusaha berperan sebagai pemimpin para murid dalam mempersiapkan diri untuk anggota masyarakat yang dewasa.
g)      Penerjemah kepada masyarakat, artinya ia berperan untuk menampilkan segala perkembangan kemajuan dunia sekitar kepada masyarakat, khususnya masalah-masalah pendidikan.

D.    Guru Sebagai Katalisator
Katalisator adalah seseorang atau sesuatu yang menyebabkan terjadinya perubahan dan menimbulkan kejadian baru atau mempercepat suatu peristiwa (Alwi, 2002: 515)[2]. Dalam hal ini peranan guru sebagai katalisator adalah sebagai pembaharu. Guru berperan dalam melakukan perubahan ke arah yang lebih baik. Seorang guru dapat menjadi pembaharu melalui pengetahuan atau wawasan yang dimiliki dengan cara menyebarluaskan melalui perkumpulan-perkumpulan masyarakat setempat, kegiatan-kegiatan kepemudaan, atau bahkan bisa juga melalui sosialisasi.
Selain itu maksud dari peran guru sebagai katalisator yaitu guru yang berperan membentuk anak didik dalam menemukan kekuatan, talenta dan kelebihan mereka, guru bertindak sebagai pembimbing, membantu mengarahkan dan mengembangkan aspek kepribadian, karakter dan emosi[3].
Setelah memaparkan maksud dari peran guru sebagai katalisator di atas, kami menyimpulkan bahwa Bapak Nana sudah melakukan perannya sebagai seorang guru yang mejadi katalisator bagi proses pembelajaran anak didiknya. Sehingga sejak dini sudah dipersiapkan kondisi agar anak didik benar-benar menguasai materi pelajaran secara maksimal. Pa Nana sudah dapat mengatur kecepatan reaksi belajar anak didik, artinya setiap kondisi anak didik harus benar-benar terkontrol sehingga ketercapaian aspek materi pelajaran benar-benar jelas terlihat dengan metode pembelajaran yang sesuai dengan kondisi sekolah ataupun kondisi para murid. Jika memang reaksi para murid tidak sesuai yang di harapkan beliau, beliau melakukan system remedial untuk merubah atau membantu nilai-nilai para murid yang tidak memenuhi standar.


KESIMPULAN

Kesimpulan dari laporan observasi guru yang kamu buat ini adalah bahwa Bapak Nana Sutiatna salah satu guru bahasa inggris di sekolah SMP Negeri 32 jakarta merupakan guru yang bisa dikatakan baik walaupun masih banyak yang harus diperbaiki lagi dalam proses pembelajarannya. Dalam peran guru sebagai motivator, educator, administrator dan katalisator, Pak Nana merupakan guru yang sudah berusaha mengaplikasikan keempat peran guru tersebut dalam pembelajarannya. Akan tetapi dalam pengaplikasiannya ada beberapa yang tidak sesuai, ada beberapa teknik lama yang masih di kembangkan oleh Bapak Nana di dalam kelas seperti menggunakan teknik menghafal bukan pemahaman.
Dalam hal ini, menurut kami Bapak Nana sudah menjadi motivator di kelas yang ia ajar. Ia sudah menjadi seorang guru tidak hanya mampu mentransferkan ilmu mata pelajarannya kepada siswa. Namun, juga mampu membuat siswa memiliki orientasi dalam belajar. Selain itu penjelasan meterinya menggunakan contoh dari kehidupan sehari-hari agar mudah di pahami oleh murid. Seorang guru tidak hanya sebagai pendidik dan pengajar, tetapi juga sebagai administrator pada bidang pendidikan dan pengajaran. Segala pelaksanaan dalam kaitannya proses belajar mengajar perlu diadministrasikan secara baik. Pa Nana sudah dapat mengatur kecepatan reaksi belajar anak didik, artinya setiap kondisi anak didik harus benar-benar terkontrol sehingga ketercapaian aspek materi pelajaran benar-benar jelas terlihat dengan metode pembelajaran yang sesuai dengan kondisi sekolah ataupun kondisi para murid.


[1] “Sayyida Sarah, Peran Guru Sebagai Administator.” http://sayyida-sarah.blogspot.com/2012/04/peran-guru-sebagai-administrator.html (12 Januari 2013)
[2]“Atika Zaqiyatu, Sang Katalisator dan Motivator.” http://atika-zaqiyatut-th.blogspot.com/2012/11/sang-katalisator-motivator-dan.html (12 Januari 2013)
[3] “agus Basuki, Bimbingan Konseling di Sekolah Dasar.” http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/agus-basuki-mpd/bimbingan-konseling-di-sekolah-dasar.pdf (12 Januari 2013)