LAPORAN HASIL OBSERVASI
PROFESI KEPENDIDIKAN
Disusun
Oleh:
Khoirotun Nafsi (4915110317)
Ade Nuraini (4915110594)
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS
ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS
NEGERI JAKARTA
2012
PENGANTAR
SMP Negeri 32 jakarta sebuah sekolah
yang terletak di jalan Pejagalan raya no. 51 Pekojan-Tambora Jakarta Barat
11240. Lebih dari
50 guru mengajar di SMP negeri 32 jakarta. Selain
itu, letak gedungnya pun cukup strategis. Letaknya berdekatan dengan stasiun
kota dan di dekat museum bank mandiri. Gedung ini di bangun pada tahun 1905
masa penjajahan belanda. dan di bangun oleh keturunan Tionghoa. Dan diresmikan
oleh pemerintah DKI Jakarta sebagai sebuah sekolah negeri.
Di sekolah itulah kami berdua (Khoirotun
Nafsi dan Ade Nuraini) mendapatkan tugas untuk mengobservasi sekolah tersebut
dalam rangka menyelesaikan Ujian Akhir Semester untuk mata kuliah Profesi
Kependidikan. Kami melakukan pengamatan langsung dengan masuk ke dalam kelas
dan setelah itu melakukan wawancara kepada guru tersebut. Kami mewawancarai
Bapak Nana Sutiatna (biodata terlampir) selaku guru bahasa inggris. Kami
ditugaskan untuk mengetahui apakah seorang guru dapat menjadi motivator,
edukator, administrator dan katalisator bagi murid-muridnya.
Guru ketika berada di dalam kelas
diibaratkan sebagai seorang pedagang yang sedang menjual barang dagangannya.
Calon pembelinya adalah siswa-siswinya. Barang dagangannya adalah ilmu
pengetahuan yang dimilikinya. Layaknya seorang pedagang yang akan melakukan
promosi apa saja untuk membuat dagangannya laku terjual, gurupun juga demikian.
Guru akan melakukan apa saja untuk membuat para siswa-siswinya tertarik pada
materi yang diajarkan. Seorang guru tidaklah harus seseorang yang cerdas,
brillian, dan mampu menguasai seluk beluk keilmuannya sampai detail. Ia harus memiliki kompetensi yang cukup
yang berhubungan dengan keilmuannya dan yang berhubungan dengan dunia
pendidikan. Andai kata
seseorang telah paham inti dari keilmuannya
dan mampu menerapkan inti keilmuan tersebut untuk memecahkan banyak sekali soal
yang berhubungan denga keilmuannya, maka inipun sudah cukup. Apalagi juga orang
tersebut juga paham dasar-dasar pendidikan, yaitu tentang perangkat pengajaran
seperti kurikulum, silabus
dan rencana pengajaran, ataupun tentang metode pembelajaran.
LAPORAN HASIL OBSERVASI
Setelah kami mengadakan observasi dengan
cara mengamati langsung dan melakukan wawancara, kami mendapat berbagai macam
ilmu baru yang diajarkan oleh Bapak Nana Sutiatna, dan kami dapat mengambil
kesimpulan bahwa Bapak Nana Sutiatna merupakan guru yang bisa dikatakan baik
walaupun masih banyak yang harus diperbaiki lagi dalam proses pembelajarannya.
Indikator-indikator yang kami nilai adalah sebagai berikut :
A. Guru
Sebagai Motivator
Guru sebagai motivator artinya guru
sebagai pendorong siswa dalam rangka meningkatkan kegairahan dan pengembangan
kegiatan belajar siswa. Sering terjadi
siswa yang kurang berprestasi, hal ini bukan disebabkan karena memiliki kemampuan yang rendah, akan
tetapi disebabkan tidak adanya motivasi
belajar dari siswa sehingga ia tidak berusaha
untuk mengerahkan segala kemampuannya. Dalam hal seperti di atas guru sebagai motivator harus mengetahui
motif-motif yang menyebabkan daya belajar
siswa yang rendah yang menyebabkan menurunnya
prestasi belajarnya. Guru harus merangsang dan memberikan dorongan serta reinforcement untuk
membangkitkan kembali gairah dan semangat
belajar siswa. Proses pembelajaran akan
lebih berhasil jika siswa memiliki motivasi
dalam belajar, maka guru dituntut kreatif membangkitkan motivasi belajar siswa. Beberapa cara yang dapat dilakukan minat
belajar siswa diantaranya:
1. Hubungkan bahan pelajaran yang akan
diajarkan dengan kebutuhan
siswa.
2. Sesuaikan materi pelajaran dengan
tingkat pengalaman dan kemampuan siswa.
3. Gunakan berbagai model dan strategi pembelajaran
secara bervariasi.
4. Ciptakan suasana yang menyenangkan dalam
belajar.
5. Berilah pujian yang wajar terhadap
setiap keberhasilan siswa.
Di
samping beberapa petunjuk cara membangkitkan motivasi belajar siswa di atas,
adakalanya motivasi itu juga dapat dibangkitkan dengan cara-cara lain yang
sifatnya negatif seperti memberikan hukuman, teguran, dan kecaman, memberikan
tugas yang sedikit berat (menantang). Namun, teknik-teknik semacam itu hanya bisa
digunakan dalam kasus-kasus tertentu. Beberapa ahli mengatakan dengan
membangkitkan motivasi dengan cara-cara semacam itu lebih banyak merugikan
siswa. Untuk itulah seandainya masih bisa dengan cara-cara yang positif,
sebaiknya membangkitkan motivasi dengan cara negatif dihindari.
Dalam hal ini, menurut kami Bapak Nana sudah menjadi motivator di kelas
yang ia ajar. Ia sudah menjadi seorang
guru tidak hanya mampu mentransferkan
ilmu mata pelajarannya kepada siswa. Namun, juga mampu membuat siswa memiliki orientasi
dalam belajar. Jika di kelas, siswa belajar tidak hanya dengan mencatat apa
yang ia sampaikan. Tapi juga mampu memahami dan
menjawab untuk apa semua materi yang telah di ajarkan oleh Pa Nana.
Seperti contoh mengabsen murid untuk maju kedepan membacakan hasil belajar
mereka. Hal ini di lakukan Pa Nana untuk memotivasi murid-muridnya untuk berani
mengeluarkan pendapat di depan umum.
B. Guru Sebagai Edukator
Tugas pertama guru adalah mendidik anak
didik sesuai dengan materi pelajaran yang diberikan kepadanya. Sebagai
educator, ilmu adalah
sangat utama. Membaca, menulis, berdiskusi, mengikuti inormasi dan responsive
terhadap masalah kekinian sangat menunjang peningkatan kualitas ilmu guru. Tugas-tugas
ini berkaitan dengan meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak untuk
memperoleh pengalaman-pengalaman lebih lanjut seperti penggunaan kesehatan
jasmani, bebas dari orang tua, dan orang dewasa yang lain, moralitas
tanggungjawab kemasyarakatan, pengetahuan dan keterampilan dasar. Oleh karena itu tugas guru dapat disebut
pendidik dan pemeliharaan anak. Guru sebagai penanggung jawab pendisiplinan
anak harus mengontrol setiap aktivitas anak-anak agar tingkat laku anak tidak
menyimpang dengan norma-norma yang ada.
Mengajar adalah
menyampaikan/memberikan/mentransfer ilmu pengetahuan kepada siswa/murid.
Pengajaran hanya menekankan pada aspek pengetahuan, sehingga ketika siswa telah
mengerti dan memahami materi pelajaran yang diajarkan maka pengajaran bisa
dikatakan berhasil. Sehingga bagi seorang pengajar tidak begitu risau dengan
sikap dan perilaku siswa-siswanya, karena hal tersebut bukanlah merupakan
tanggung jawabnya. Apakah para siswanya berperilaku baik atau buruk adalah hal
yang tidak penting bagi mereka. Oleh sebab itu ada istilah ‘mengajar membaca’,
‘mengajar menulis’, ‘mengajar bahasa Inggris’, ‘mengajar berhitung’ dan lain
sebagainya. Tanggung jawab pengajar hanya membuat mereka bisa menulis, membaca,
berbahasa Inggris dan berhitung. Persoalan apakah para siswa menggunakan
kemampuan membaca, menulis, berbahasa Inggris dan berhitung dalam kehidupan
mereka sehari-hari untuk memecahkan permasalahan mereka tidaklah diperhatikan
bagi seorang pengajar, yang penting para siswa telah menguasai kemampuan yang
diajarkan.
Aktifitas mendidik adalah melakukan pembinaan
sikap dan tingkah laku para siswa agar mereka menjadi manusia yang baik dan
berguna bagi orang tua, masyarakat, nusa, bangsa dan agama. Hal ini lebih
cenderung pada aspek emosional, mental-spritual dan tingkah laku. Tugas ini
pada dasarnya yang harus dilakukan oleh orang tua dalam sebuah keluarga yang
merupakan lingkungan pertama bagi anak. Orang tualah yang paling bertanggung
jawab terhadap sikap-mental dan spiritual anak. Apakah anak tersebut menjadi
anak yang baik atau buruk sangat bergantung pada pilihan-pilihan yang diberikan
orang tuanya. Sedangkan guru merupakan penerus untuk melakukan pembinaan dan
bimbingan kepada anak tersebut. Ketika anak telah dibina dan dibimbing dengan
benar dalam keluarga mereka, sehingga mereka menjadi anak yang baik, maka
sebagai hasilnya anak tersebut akan mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan
sekolah sebagai lingkungan kedua mereka. Namun sebaliknya jika anak tidak
dididik dengan benar dalam keluarga maka mereka akan mengalami kesulitan dalam
memasuki lingkungan sekolah, yang pada muaranya kesulitan tersebut bukan hanya
bagi mereka sendiri, tetapi juga gangguan bagi teman-teman dan lingkungan
sekitar mereka.
Dalam hal ini,
menurut kami Bapak Nana sudah dapat mengembangkan teknik penyampaian materi
dengan tepat contohnya beliau mengartikan kaliamat bahasa inggris ke bahasa
Indonesia, agar murid mengerti maksud yang dibicarakan. Selain tiu penjelasan
meterinya menggunakan contoh dari kehidupan sehari-hari agar mudah di pahami
oleh murid. Akan tetapi ada kekurangan dari beliau saat mengggunakan teknik
mengajar, beliau masih menggunakan tekik menghafal dan ceramah. Teknik ini
memperlambat murid menguasai materi.
C. Guru Sebagai
Administator
Seorang
guru tidak hanya sebagai pendidik dan pengajar, tetapi juga sebagai administrator
pada bidang pendidikan dan pengajaran. Segala pelaksanaan dalam kaitannya
proses belajar mengajar perlu diadministrasikan secara baik. Sebab administrasi
yang dikerjakan seperti membuat rencana mengajar, mencatat hasil belajar dan
sebagainya merupakan dokumen yang berharga bahwa ia telah melaksanakan tugasnya
dengan baik.
Guru
bertugas pula sebagai tenaga administrasi, artinya
sebagai pengelola kelas atau pengelola interaksi
belajar mengajar. Adapun yang menjadi konsekuensi dari pengelolaan adalah
meningkatnya prestasi, guru dan efektifitas dari situasi belajar mengajar. Jika
segi instruksional dan
kurikuler telah
berjalan lancar, masalah pengelolaan amat dipengaruhi oleh hal-hal yang timbul
pada kenyataan sehari-hari, sedangkan masalah
kurikulum dan proses belajar mengajar dapatdirencanakan untuk jangka panjang
maupun jangka pendek. Terdapat dua aspek dari masalah pengelolaan yang perlu
mendapat perhatian yaitu:
a) Membantu
perkembangan murid sebagai individu dan kelompok
b) Memelihara
kondisi kerja dan kondisi belajar yang sebaik-baiknya di dalam maupun di luar
kelas.
Dari apa yang
sudah dipapar kan di atas tentang guru sebagai administator. Kami menyimpulkan
bahwa Pa Nana sudah memenuhi tanggungjawabnya sebagai guru yang dapat
memenegemenkan suasana kelas untuk kenyamanan bersama. Sebagai contoh, saat si
kelas yang kami amati, Pa Nana tidak sepenuhnya serius memberikan materi, ia
meluangkan sedikit waktu untuk memberikan games ke pada murid-muridnya. Akan
tetapi games tersebut tidak keluar dari materi yang disampaikan. Fungsi ia
memberikan games tersebut, agar murid-murid tidak merasa tegang saat belajar,
dan mudah meminggat materi yang disampaikan. Selain itu di terakhir jam
pelajaran beliau memaparkan beberapa tujuan materi pembelajaran yang telah disampaikan.
Di dalam kelas atau di luar kelas Pa Nana tetap menjadi seorang guru yang
Administator karen dalam hubungannya dengan kegiatan
pengadministrasian, Pa Nana
sudah berusaha untuk berperan sebagai berikut:[1]
a) Mengambil
inisiatif, mengarahkan, dan menilai kegiatan-kegiatan pendidikan. Hal ini
berarti ia dituntut serta
memikirkan kegiatan-kegiatan pendidikan yang direncanakan serta nilainya.
b) Mencerminkan suasana dan
kemauan masyarakat dalam arti yang baik
c) Orang
yang ahli dalam bidang pengembangan. Bertanggungjawab
untuk mewariskan kebudayaan kepada generasi muda yang berupa pengetahuan.
d) Menegakkan
disiplin.
e) Pelaksanaan
administrasi pendidikan, berarti ia bertanggungjawab
akan kelancaran jalannya pendidikan dan ia harus mampu melaksanakan
kegiatan-kegiatan administrasi.
f) Pemimpin
generasi muda, masa depan generasi muda terletak di tangan guru. Ia berusaha berperan sebagai
pemimpin para murid
dalam mempersiapkan diri untuk anggota masyarakat yang dewasa.
g) Penerjemah
kepada masyarakat, artinya ia
berperan untuk menampilkan segala perkembangan kemajuan dunia sekitar kepada
masyarakat, khususnya masalah-masalah pendidikan.
D. Guru Sebagai
Katalisator
Katalisator
adalah seseorang atau sesuatu yang menyebabkan terjadinya perubahan dan
menimbulkan kejadian baru atau mempercepat suatu peristiwa (Alwi, 2002: 515)[2]. Dalam hal ini peranan guru
sebagai katalisator adalah sebagai pembaharu. Guru berperan dalam melakukan
perubahan ke arah yang lebih baik. Seorang guru dapat menjadi pembaharu melalui
pengetahuan atau wawasan yang dimiliki dengan cara menyebarluaskan melalui
perkumpulan-perkumpulan masyarakat setempat, kegiatan-kegiatan kepemudaan, atau
bahkan bisa juga melalui sosialisasi.
Selain itu maksud dari peran guru
sebagai katalisator yaitu guru
yang berperan membentuk anak
didik dalam menemukan kekuatan, talenta dan kelebihan mereka, guru bertindak
sebagai pembimbing, membantu mengarahkan dan mengembangkan aspek kepribadian,
karakter dan emosi[3].
Setelah memaparkan maksud dari peran guru sebagai
katalisator di atas, kami menyimpulkan bahwa Bapak Nana sudah melakukan
perannya sebagai seorang guru yang mejadi katalisator bagi
proses pembelajaran anak didiknya.
Sehingga sejak dini sudah dipersiapkan kondisi agar
anak didik benar-benar menguasai materi pelajaran secara maksimal. Pa Nana sudah dapat mengatur
kecepatan reaksi belajar anak didik, artinya setiap kondisi anak didik harus
benar-benar terkontrol sehingga ketercapaian aspek materi pelajaran benar-benar
jelas terlihat dengan metode
pembelajaran yang sesuai dengan kondisi sekolah ataupun kondisi para murid. Jika memang reaksi para murid tidak sesuai yang di
harapkan beliau, beliau melakukan system remedial untuk merubah atau membantu
nilai-nilai para murid yang tidak memenuhi standar.
KESIMPULAN
Kesimpulan dari laporan observasi guru yang kamu buat
ini adalah bahwa Bapak Nana Sutiatna salah satu guru bahasa inggris di sekolah SMP Negeri 32 jakarta merupakan guru yang bisa dikatakan baik walaupun masih
banyak yang harus diperbaiki lagi dalam proses pembelajarannya. Dalam peran
guru sebagai motivator, educator, administrator dan katalisator, Pak Nana merupakan
guru yang sudah berusaha mengaplikasikan keempat peran guru tersebut dalam
pembelajarannya. Akan tetapi dalam pengaplikasiannya ada beberapa yang tidak
sesuai, ada beberapa teknik lama yang masih di kembangkan oleh Bapak Nana di
dalam kelas seperti menggunakan teknik menghafal bukan pemahaman.
Dalam hal ini,
menurut kami Bapak Nana sudah menjadi motivator di kelas yang ia ajar. Ia sudah
menjadi seorang
guru tidak hanya mampu mentransferkan
ilmu mata pelajarannya kepada siswa. Namun, juga mampu membuat siswa memiliki
orientasi dalam belajar. Selain itu penjelasan
meterinya menggunakan contoh dari kehidupan sehari-hari agar mudah di pahami
oleh murid. Seorang
guru tidak hanya sebagai pendidik dan pengajar, tetapi juga sebagai
administrator pada bidang pendidikan dan pengajaran. Segala pelaksanaan
dalam kaitannya proses belajar mengajar perlu diadministrasikan secara baik. Pa Nana sudah dapat mengatur
kecepatan reaksi belajar anak didik, artinya setiap kondisi anak didik harus
benar-benar terkontrol sehingga ketercapaian aspek materi pelajaran benar-benar
jelas terlihat dengan metode
pembelajaran yang sesuai dengan kondisi sekolah ataupun kondisi para murid.
[1] “Sayyida Sarah, Peran Guru Sebagai Administator.” http://sayyida-sarah.blogspot.com/2012/04/peran-guru-sebagai-administrator.html (12 Januari 2013)
[2]“Atika Zaqiyatu, Sang Katalisator dan Motivator.” http://atika-zaqiyatut-th.blogspot.com/2012/11/sang-katalisator-motivator-dan.html (12 Januari 2013)
[3] “agus Basuki, Bimbingan Konseling di Sekolah Dasar.” http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/agus-basuki-mpd/bimbingan-konseling-di-sekolah-dasar.pdf (12 Januari 2013)